Jumat, 15 Oktober 2010

BSE (BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK)

BSE. Siapa tak kenal istilah BSE (Buku Sekolah Elektronik), tapi setelah sekian lama di luncurkan, keberadaannya belum juga menempati posisi penting di lembaga pendidikan (sekolah). Contoh pada tahun ajaran ini saja, program buku murah versi pemerintah tersebut belum populer sebagai buku teks pelajaran yang diwajibkan sekolah untuk dimiliki siswa. Buku yang digunakan oleh sekolah, kebanyakan masih tetap dari luar BSE.

Sejumlah guru yang dihubungi di berbagai wilayah dari Jakarta, Jumat (12/8/2010), mengaku belum bisa mengandalkan BSE sebagai buku teks pelajaran di sekolah. Selain karena terbatasnya fasilitas pendukung ; sarana (alat untuk membaca) dan prasarana (alat bantu untuk mengakses secara online atau digital) di sekolah, BSE versi offline atau cetak (buku dan CD/DVD) masih sulit ditemui di pasaran (KOMPAS.com ). 

Sebagian lagi guru mengatakan bahwa “materi isi buku dalam BSE dinilai masih kurang rinci dan lengkap jika dibandingkan dengan buku teks pelajaran dari penerbit yang biasa digunakan sekolah-sekolah selama ini.”
Terus Keberadaan BSE untuk apa? …

Sejarah keberadaan bse

LATAR BELAKANG
Buku merupakan salah satu sarana penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu permasalahan perbukuan dalam era otonomi daerah dewasa ini adalah ketersediaan buku yang memenuhi standar nasional pendidikan dengan harga murah yang dapat dijangkau oleh masyarakat luas. Untuk mengatasi hal tersebut, Departemen Pendidikan Nasional telah membeli hak cipta buku teks pelajaran dari penulis/penerbit. Selanjutnya buku-buku tersebut disajikan dalam bentuk buku elektronik (e-book) dengan nama Buku Sekolah Elektronik (BSE). 
TUJUAN
1.   Menyediakan sumber belajar alternatif bagi siswa.
2.   Merangsang siswa untuk berpikir kreatif dengan bantuan teknologi informasi dan komunikasi.
3.   Memberi peluang kebebasan untuk menggandakan, mencetak, memfotocopy, mengalihmediakan, dan/atau memperdagangkan BSE tanpa prosedur perijinan, dan bebas biaya royalti sesuai dengan ketentuan yang diberlakukan Menteri.
4.   Memberi peluang bisnis bagi siapa saja untuk menggandakan dan memperdagangkan dengan proyeksi keuntungan 15% sesuai dengan ketentuan yang diberlakukan Menteri.
PENGGANDAAN BSE UNTUK DIPERDAGANGKAN.
BSE, bisa diakses di laman www.bse.kemendiknas.go.id, pada saat ini telah berjumlah 901 judul buku, mulai dari buku SD hingga SMA/SMK. Sejak tahun lalu, BSE versi cetak juga sudah mulai dipasarkan Pusat Buku Indonesia yang berlokasi di Jakarta ke berbagai daerah, baik dalam bentuk buku maupun rekaman cakram (CD/DVD) .

kondisi yang terjadi
BSE adalah Buku sekolah Elektronik yang berbentuk file digital (dengan format PDF), yang hanya dapat dibaca dengan alat bantu elektronik. Ada bermacam alat bantu elektronik untuk membaca BSE dengan bentuk dan kemampuan yang berbeda-beda, yaitu : Komputer PC; LapTop; Netbook; HandPhone, Comunicator; dan ebook-Reader.




Untuk memilih alat bantu membaca BSE tersebut, diperlukan pengetahuan dan kebijakan yang berpihak pada siswa yang sesuai dengan tujuan utama kebijakan Kemendiknas tentang BSE yaitu ketersediaan buku yang memenuhi standar nasional pendidikan dengan harga murah yang dapat dijangkau oleh masyarakat luas.
Dalam perjalanannya, BSE mengalami pergeseran penafsiran, karena untuk menjadi sumber belajar alternatif  yaitu bisa dibaca sebagai buku yang memenuhi standar nasional pendidikan dengan harga murah, BSE masih memerlukan alat bantu (sarana) dan alat penunjang (prasarana).
Pergeseran penafsiran pertama dimulai dari karena belum tersedianya alat bantu (Komputer dan Laptop) pada guru sekolah maupun siswa. Untuk itu  diadakan program SAGUSALA = Satu Guru Satu Laptop. Untuk sekolah ada Bantuan dari Kemendiknas dalam pengadaan Komputer sekolah namun untuk siswa masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Contoh yang terjadi di Bali, sejumlah wali murid calon siswa disebuah sekolah di Negara, Bali menjelang penerimaan siswa sekolah unggulan tersebut resah. Pasalnya, pihak sekolah mengharapkan bagi siswa yang akan mengikuti matrikulasi yang merupakan rangkaian penerimaan siswa baru, membawa laptop. (03 Juni 2010, Bali Post)
Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) menargetkan program "satu orang satu laptop" bagi siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) untuk mendukung proses pembelajaran pada 2014. Untuk itu, sejumlah SMK  kini bekerja sama dengan perusahaan laptop lokal untuk perakitan dan pusat perbaikan {service center). (BERITAJAKARTA.COM —23-05-2010)
Kemampuan siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) untuk merakit netbook dan laptop akan dimanfaatkan untuk mewujudkan satu siswa satu laptop yang nantinya sudah dilengkapi dengan materi-materi pelajaran SMK. "Beberapa SMK sudah memproduksi netbook dan laptop rakitan. Untuk itu, kami sudah meminta SMK-SMK di seluruh Indonesia untuk membeli produk rakitan siswa,"  kata Direktur Pembinaan SMK Kemendiknas , Joko Sutrisno (Kapanlagi.com, Jum'at, 12 Maret 2010).
Disamping harga yang belum terjangkau oleh siswa atau orangtua murid pada umumnya, alat bantu yang ada (Laptop – netbook maupun Komputer/PC) masih memiliki kelemahan utama sebagai alat bantu membaca Buku Sekolah Elektronik, yaitu ukuran dan berat yang belum proporsional untuk dibawa oleh siswa baik siswa SMP dan maupun siswa SMA/SMK. Bahkan tidak fleksibel seperti buku pada umumnya, ketika untuk membaca.
Belum tersedianya alat pendukung  (berupa akses internet) untuk mendapatkan materi (BSE) secara online disekolah, maka BSE ditafsirkan lain dengan mengganti materi secara offline, yaitu soft-copy dapat berupa CD atau flashdisk. Tidak hanya sampai disini, dalam rangka mewujudkan buku yang memenuhi standar nasional pendidikan dengan harga murah yang dapat dijangkau oleh masyarakat luas, BSE menjadi Buku Elektonik di Cetak, atau kembali seperti format lama yaitu buku dengan bahan dasar kertas pada umumnya.



Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) resmi menggandeng Hewlett Packard (HP) 
guna pengadaan perangkat alat cetak buku-buku pelajaran bagi siswa sekolah.

2 komentar:

  1. memang sungguh membingungkan, karena kurikulumnya juga tidak jelas arahnya. capek deh....

    BalasHapus
  2. memang sungguh membingungkan, karena kurikulumnya juga tidak jelas arahnya. capek deh....

    BalasHapus