Minggu, 26 Desember 2010

Obrolan Sore dengan Nanang Rekto W, Cucu Ki Hajar Dewantara

@om nang sugeng sore, smg sehat dan sukses selalu. amin

Nanag Rekto Wulanjana
http://profile.ak.fbcdn.net/hprofile-ak-snc4/hs716.ash1/161343_100000158404541_6101073_q.jpg
16:50
sore kawanku,wah rame nian nih

Anda
16:51
Ya, Kpn jenengan bisa mampir ke Garuda 25, aq kangen :):)

http://profile.ak.fbcdn.net/hprofile-ak-snc4/hs716.ash1/161343_100000158404541_6101073_q.jpg

Nanag Rekto Wulanjana
16:52
kalo keJakarta I am going to..dah

Anda
16:54
Bener, ad konsep2 Tamsis yg aq mau blajar dng jenengan lgi, serius.

Nanag Rekto Wulanjana16:54
ku sering keJakarta,kok dan leewat Garuda tp kejar tayang sih..kusempatkan deh..ama liat keluarga mas
Intinya:ada 4hal yang kakekku inginkan.Pendidikan itu:Merubah perilaku, menata sikap emosi dan psikologis yang tepat dlm berineteraksi, menumbuhkan sikap spritualitas dan intelektual dan mampu berdikari atau survival skills.itu yang kutau.

Anda
16:58
Nah itu kan, ijin ngopi tulisannya :)


Nanag Rekto Wulanjana
17:00
monggo, dan juga..guru hanya perlu dua hal:Empatik dan compasion.empatik dan kasih sayang

http://profile.ak.fbcdn.net/hprofile-ak-snc4/hs231.ash2/49533_100000534039307_1285741_q.jpg
Anda
17:01
Empatik dan COmposion kui opo Bos?
BTW : wis muncul kt2 nya di FB ku Mas... nuwun.


Nanag Rekto Wulanjana
17:03
kita turut rasakan sulitnya murid..kalo dia susah matematika, bayangkan hal yang sama..ungkapkan bhwa dia hebat dalam bidang lain agar tidak menutup semangatnya.Compasion itu cinta teguh.berikan yang terbaik bagi murid kita bukan yang menyenangkan tapi menghancurkannya.
contoh:ada anak dinesehati dokter agar kakinya diikat tali krna ada gejala lumpuh layu selama setahun, ibunya menuruti dokter.anak itu nagis2 tapi ibunya bersikukuh demi sang anak.akhirnya anak itu menjadi orang besar dan dia mengatakan>saya tidak tahu apa jadinya jika ibu mengasihani saya...itulah cinta teguh

Anda
17:07
Menarik, menyenangkan tapi menghancurkan. ...; maaf, dlm ajaran Beliau yg mana yg bisa konek dengan bhs Empatik dan COmposion.
ini yg sy tunggu .... biar gak kliatan jadul dan itu2 terus ...
Menarik, menyenangkan tapi menghancurkan. ...; maaf, dlm ajaran Beliau yg mana yg bisa konek dengan bhs Empatik dan COmposion.
ini yg sy tunggu .... biar gak kliatan jadul dan itu2 terus ...

Nanag Rekto Wulanjana
17:10
hehehehhehe..dari natuur ke culture …………… opor bebek
salahnya tuh..padahal ada banyak kisah di meja makan beliau yang bilang itu..kisah april 1950 sewaktu dimeja makan beliau ceritera ttg empatik dan cinta beliau ke bude Asti
sayang anak2 beliau dah wafat..ku cuma dapat sedikit dari ilmu beliau..sayang dan sayang

Anda
17:16
Yah, sy jg prihatin Mas; spt Rosululloh, tidak banyak buku, atau cerita langsung dari anak maupun istri;  Mknya sy mo banyak cerita dng jenengan.

Mas besuk, kapan sy tunggu. 
Selak Maghrib
(Maaf, beberapa sudah di edit, trims).

Salam Pendidikan Nasional
Ki. Ruky Dwinarputra

Jumat, 24 Desember 2010

Pendidikan Di Sekolah Menengah Kejuruan Keterkaitan Kebutuhan dan Proses Dalam Menyusun Rencana dan Strategi Sekolah

Oleh : Ki.ruky Dwinarputra


Sekolah Mengah kejuruan (SMK) adalah sebuah lembaga dalam pendidikan formal yang bertujuan untuk mendidik siswanya agar siap kerja ataupun berwirausaha dalam rangka mempersiapkan kemerdekaan/kemandirian siswanya dalam kehidupan selanjutnya.
(Penjelasan Pasal 15 UUSPN No.20 Tahun 2003)
Program pendidikan kejuruan tidak hanya menyiapkan peserta didik memasuki dunia kerja, tetapi juga menempatkan lulusannya pada pekerjaan tertentu . Sesuai dengan tujuan pendidikan kejuruan (Undang-Undang No. 20 tahun 2003, Pasal 12 Ayat 1b dan Pasal 15; PP 29/1990), sekolah kejuruan menjadi agen/pencetak SDM yang sesuai dengan kebutuhan.
Pendidikan sendiri adalah sebuah proses “pembudayaan” (Ki.Hajar Dewantara, kebudajaan),  berarti SMK adalah sekolah yang menekankan pada proses menghasilkan tamatan yang siap kerja ataupun berwirausaha melalui proses ‘pembelajaran’ atau pendidikan dan pelatihan yang memenuhi persyaratan kebutuhan DUDI (DUNIA Usaha dan Dunia Industri), bukan ‘pengajaran’.
Pendidikan sebagai proses pembudayaan dalam kegiatan belajar-mengajar menggunakan prinsip kemanusiaan (kodrat alam), dimana siswa sebagai manusia yang memiliki keinginan dan kemampuan tidak selalu dituntut mengikuti kurikulum tetapi siswa diperkenankan memilih kurikulum atau pelajaran, dan jurusan yang diinginkan dan disesuaikan dengan kemampuan/bakat yang dimiliki.
Pada dasarnya, siswa sebagai manusia memiliki 3 potensi kemanusiaan, yaitu :
  1. Afektif/Cipta/the heart  adalah potensi kemanusiaan yang berhubungan dengan etika dan estetika
  2. Kognitif/Rasa/the head adalah potensi kemanusiaan yang berhubungan dengan berpikir intelektual
  3. Psikomotorik/Karsa/the hand adalah potensi kemanusiaan yang berhubungan dengan ketrampilan/kecakapan hidup,
Yang ketiganya saling keterkaitan, sehingga pendidikan adalah proses sistematis yang bertujuan untuk meningkatkan martabat manusia secara holistik sehingga individu melalui potensi kemanusiaannya dapat berkembang menjadi agen pembagunan diri dan bangsa.
Begitu juga dengan guru sebagai manusia, dengan keterbatasannya tidak lagi sebagai orang yang paling tahu/super sehingga guru selalu belajar dalam peningkatan kemampuan ilmu dan metode pengajaran oleh karena itu guru harus pandai menempatkan dirinya, kapan sebagai motivator, inovator, mediator, ataupun fasilitator. Guru juga berfungsi sebagai pengasuh/pamong dengan kasih-sayang menimbulkan rasa senang, nyaman dan aman siswanya dalam proses membimbing-membina dan mengembangkan 3 potensi kemanusiaan yang dimiliki siswa.
Dengan memahami bahwa pelaksanaan pembelajaran di kelas merupakan inti sebuah proses pendidikan (pembudayaan dan pemberdayaan), maka tujuan sebuah pendidikan (standar kompetensi lulusan baik satuan pendidikan maupun pada satuan mata-pelajaran/mata-diklat) dapat dicapai melalui sebuah analisa (Link and Match) dalam upaya mempersiapkan sebuah proses pembelajaran, sitem pendidikan kejuruan lebih cenderung  demand-driven yang dipandu oleh kebutuhan pasar kerja atau biasa disebut dengan sistem pendidikan yang mengacu pada profesi dan keterampilan yang baku, juga dipandu oleh kebutuhan pasar kerja yang nyata.
Dalam jaman teknologi dan informasi saat ini, menuntut DUDI sebagai penghasil produk maupun jasa dan sekaligus sebagai penguna tamatan (hasil proses pendidikan) dituntut  dalam prosesnya (membuat produk/jasa) menggunakan  prinsip efektif dan efisien. Dengan tuntutan tersebut, DUDI selalu mencari alternatif alat bantunya. Selain menggunakan SDM tamatan pendidikan (SMK) yang trampil, DUDI juga menambah alat bantu SDM nya, berupa alat hasil/produk pengembangan teknologi dan informasi.
TI harus selalu diikuti perkembangannya karena TI adalah bidang yang cepat mengalami perubahan
Permasalahan yang timbul dari akibat penerapan prinsip efektif dan efisien pada proses di DUDI adalah penggunaan SDM yang trampil dan dalam jumlah sedikit (karena sudah dibantu dengan alat produk dari pengembangan teknologi dan informasi). SDM yang trampil adalah SDM yang dapat menggunakan alat bantu bekerja (alat yang diciptakan dari pengembangan teknologi dan informasi) dan SDM yang memiliki potensi kemanusiaan (afektif/cipta) yang baik, yaitu : disiplin, jujur, dan memiliki rasa kepedulian/rasa memiliki terhadap pekerjaan yang digelutinya.
Sekolah pada umumnya hanya dapat memberikan berbagai keterampilan dan pengetahuan dalam bentuk simulasi sehingga tidak mungkin diharapkan untuk menghasilkan tenaga kerja yang profesional. Oleh karena itu, diperlukan suatu kerjasama yang erat antara sekolah dan industri, baik dalam perencanaan dan penyelenggaraan, maupun dalam pengolalaan pendidikan. Sehubungan dengan itu perlu dikembangkan suatu sistem pendidikan kejuruan yang disebut sistem ganda.
Strategi Sekolah menyikapi kemajuan produk Teknologi dan Informasi dengan kondisi  sekolah.
  1. Mengetahui syarat yang diinginkan DUDI sebagai pengguna tamatan.
Dalam menjaga Link and Match (keterkaitan dan kecocokan) antara pengguna tamatan dan pemroses/pendidik tamatan tetap seimbang, sekolah sudah seharusnya sejak dini (sebelum KBM dimulai) menentukan Kurikulum yang akan digunakan dalam memproses siswa yang nantinya menjadi tamatan yang sesuai dengan keinginan penggunanya. Ini berarti pula kurikulum yang dibuat nantinya harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. Dan agar proses yang dilakukan lebih mudah, selayaknya calon siswa yang masuk diseleksi agar memenuhi persyaratan minimum, contoh tinggi badan yang dikehendaki DUDI; dan kemampuan/bakat yang dimiliki.
Untuk mengetahui minat dan bakat siswa, dapat dilakukan dengan Tes Skolastik.

  1. Komitemen seluruh StakeHolders
Komitmen adalah adalah kesepakatan/janji untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan disertai dengan loyalitas berdasarkan kesamaan nilai/visi pribadi dan visi organisasi. Hal ini penting dalam ragka menyamakan tujuan dan langkah bersama dalam mencapainya.
Memberikan pengertian kepada semua stakeholder yang terlibat, bahwa tanggung jawab kemajuan sekolah ini tergantung pada kebersamaan kita, namun apabila mereka yang belum sama dalam memandang visi pribadi dan organisasi maka mereka dapat secara alami tersingkirkan.
  1. Menggunakan Alat Bantu pembelajaran dan kualitas Guru yang sesuai dengan tuntutan pengguna tamatan (DUDI)
Agar proses; hasil dan keinginan pengguna sesuai, salah satu yang harus dilakukan oleh sekolah adalah menyamakan proses dengan kondisi pada saat digunakan (pada dunia kerja/DUDI). Lingungan proses/lab, guru yang memproses dan alat bantu yang digunakan adalah kunci sukses hasil/tamatan yang sesuai dengan keinginan pengguna.
Lingkungan, akan membentuk watak dan kepribadian siswa menjadi tamatan berkarakter yng memiliki pola sikap yang baik.
Guru sebagai fungsi pamong bersama alat bantu mengajar dan alat perga praktikum yang sesuai dengan DUDI dalam  membentuk pola pikir (ilmu) dan tindak (ketrampilan) yang dikehendaki.
  1. Kepemimpinan (Kepala Sekolah, Ketua Yayasan dan Pemerintah baik Dinas maupun Kemendiknas) harus dapat menjadi tauladan dan pembimbing bagi gurunya, baik dari segi spritual amupun matriil. Pemimpin harus memilki pandangan jauh kedepan dengan berdasarkan kekuatan yang dimiliki oleh guru (SDM), sarpra (infrastruktur), maupun kurikulumnya sebagai acuan dalam memproses.
  2. Dengan keterbatasan yang ada dan situasi perkembangan informasi dan teknologi di DUDI yang hampir  tidak dapat diikuti oleh pihak sekolah sehingga sekolah harus mencari jalan keluar dengan cara bermitra dengan calon pengguna tamatan, sehingga beban pada peningkatan mutu guru dan infrastruktu dapat dibagi. Ditambah lagi jika sekolah menggunakan suatu alat bantu, maka pimpinan harus dapat bekerjasama dengan principle (penghasil produk IT) atau para pengusaha yang  alatnya dipakai untuk proses pendidikan harganya dapat dikurangi atau diabayar dengan harga tidak mengikuti harga yang berlaku diapasaran.

Pedoman dan instruksi SMK Tamansiswa 1 Jakarta untuk mengembangkan strategi pembelajaran, yakni :
       Dalam upaya menjaga keterkaitan dan kecocokan, perencanaan dimulai sejak PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) yaitu melalui minimal Calon Peserta memenuhi syarat phisik (sehat jasmani dan rohani dan sebagainya).
       Untuk mengetahui Minat dan Bakat siswa, perlu dilakukan Persiapan Bersama pada siswa yang dilanjutkan dengan  Test-Skolastik dan Kemampuan Akademik.
       Sertifikasi Kompetensi per-SKKD berdasarkan SKNI danSKKNI (Badan Nasional Sertifikasi Profesi dan Badan Standar Nasional Pendidikan) sebagai wujud hasil proses (pendidikan. Pembudayaan dan pemberdayaan) yang di akui oleh pengguna/DUDI sebagai Quality Control.
       DUDI, sebagai mitra/institusi pasangan sekolah selain berfungsi Validasi kurikulum, dan ikut dalam proses pendidikan, juga sebagai pengguna/pemakai proses tamatan.
       kurangnya kedisiplinan dan kemandirian siswa di DU/DI, yang membawa implikasi keluhan DU/DI pengguna lulusan,
solusi : mendidik mereka dengan nurani, dan meningkatkan kepercayaan diri siswa melalui kegiatan ekstra kurikuler
       buku referensi siswa  dan buku referensi guru,mengakibatkan kurang optimalnya wawasan guru dan siswa,
Solusi :  sekolah perlu memfasilitasi dan membangkitkan keberanian guru untuk meningkatkan kreatifitas untuk menciptakan bahan ajar dan metode pembelajaran yang bervariasi sesuai kebutuhan siswa, jangan hanya terpaku pada yang sudah distandarkan saja. Guru yang kreatif akan, pada akhirnya akan memunculkan kreatifitas siswa.
       Kurang optimalnya praktikum, perlu ada simulasi industri yang ketat di sekolah (SMK)
Solusi :  sekolah harus melakukan terobosan untuk memfasilitasi para siswanya agar dapat mempraktekkan ilmunya, misalnya dengan menyewa peralatan praktek atau mencari pensponsoran dari pemerintah maupun dunia industri.
·         pengetahuan dan ketrampilan yang kurang, meskipun kualifikasi akademik sudah memadai, berakibat pada guru kurang percaya diri dalam mengajar
Solusi :  adanya pelatihan dan peningkatan kompetensi bagi guru TI secara berkesinambungan, baik oleh sekolah, pemerintah, maupun pihak lainnya.
·         kurangnya partisipasi industri mitra, pemerintah daerah, dan partisipasi masyarakat dalam hal pembiayaan, yang berdampak pada kurang lancarnya keterlaksanaan materi/praktik seperti yang diharapkan
Solusi :  sekolah harus lebih kreatif memberdayakan sumberdaya yang ada agar lebih terasa manfaatnya bagi pihak lain, sehingga dengan sendirinya akan lebih mudah mendatangkan dana ke sekolah tersebut.

Sekolah dapat melakukan semacam outsourcing yang dikerjakan oleh industri dalam bentuk penyediaan alat, instruktur, dan pengalaman praktik di lapangan. Sedangkan industri melihat sekolah sebagai bagian dari Human Resources Development (HRD) atau sumber daya manusia perusahaannya yang mencetak tenaga ahli yang andal dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Idealnya pihak dunia usaha, industri, dunia kerja yang lebih berperan menentukan, mendorong, dan menggerakkan pendidikan kejuruan, karena mereka adalah pihak yang lebih berkepentingan dari sudut kebutuhan tenaga kerja.
 (bersambunga ............)

    Senin, 13 Desember 2010

    POTENSI TEKNOLOGI TEPAT GUNA

    DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
    DAN KESEJAHTERAAN
    Pendidikan :
    • ·        PEMBELAJARAN DI KELAS
    \             Alat Bantu Mengajar/Media Pembelajaran
    \             Alat Bantu Peraga/Praktek
    • ·       MANAJEMEN SEKOLAH
    SMK sebagai lembaga pendidikan formal yang berfungsi sebagai tempat proses pendidikan dan pelatihan siswa yang dipersiapkan untuk bekerja.
    Proses Pendidikan yang dilakukan oleh SMK mengacu pada “Standar Kompetensi Kerja” di DUDI (Dunia Usaha dan Dunia Industri) sebagai upaya prosentase keterserapan proses pendidikan dan pelatihan, sesuai tingkatan kompetensi yang menjadi tujuan proses tersebut.
    Standar Kompetensi Kerja di DUDI banyak dipengaruhi oleh efisiensi dan efektifitas proses dalam bekerja, terutama adalah standar smart-softskill (kepribadian yang baik) yang dapat memanfaatkan perkembangan zaman.
    Perkembangan zaman sangat dipengaruhi oleh perkembangan “teknologi” untuk menghasilkan “informasi”, yang kemudian melalui proses tertentu menghasilkan pola-pikir; pola-sikap; dan pola-tindak pada manusia yang mendengar; menjalankan/memproses; dan menjadikan pilihan dari hasil proses tersebut.
    Intinya dalam upaya efektif-efisien dalam proses menghasilkan Barang/Jasa, DUDI memilih alat bantunya “teknologi”. Dan karena kebutuhan yang sangat tinggi akan efektif-efisien, maka “teknologi” berkembang dengan pesat. Teknologi yang digunakan di DUDI dalam menekan efektif-efisiensi juga selalu berganti sesuai perkembangan  teknologi tersebut., sesuai kebutuhan dan kemampuan.
    Dari Pola-pikir; pola-sikap; dan pola-tindak di DUDI yang selalu menuntut efektivitas dan efisiensi dalam proses menghasilkan barang atau jasa, berdampak selalu meningkat dan baru pada penggunaan teknologi sebagai alat bantu. Namun hal ini belum sama dengan pola-pikir; pola-sikap; dan pola-tindak yang ada di SMK sebagai lembaga pendidikan dan pelatihan penghasil tenaga-kerja DUDI. Sehingga Perencanaan – Proses dan Hasil dalam pendidikan pelatihan di SMK masih terjadi perbedaan yang mencolok antar kebutuhan dan kompetensi tamatan. Perbedaan terutama pada alat bantu yang digunakan dalam proses manajemen sekolah dan alat bantu pembelajaran (baik media belajar maupun alat peraga praktik yang digunakan).
    Ada 3 (tiga) institusi pokok yang selayaknya duduk bersama dalam upaya Link and Match, yaitu :
    1.      SMK, pemroses tenaga kerja
    2.      DUDI, pengguna tenaga kerja
    3.      Industri teknologi, pengguna tenaga kerja sekaligus pembuat alat bantu,
    Dan apabila mereka melakukan kolaborasi secara profesional, maka perkembangan teknologi akan lebih cepat dan mengarah kepada Teknologi Tepat Guna.
    Dampak yang begitu besar oleh ‘teknologi dan informasi’ makin terasa dapat  meningkatan pendidikan dan kesejahteraan.

    Kendala Yang di Hadapi
    1. Masih belum memadainya sarana / prasarana di sekolah akibat daya beli dan daya juang penyelenggara sekolah.
    2. Masih kurangnya pendidik dan tenaga kependidikan yang trampil, kreatif, dan inovatif untuk menyusun/merencanakan; menggunakan dan mengembangkan bahan ajar berbasis teknologi tepat guna yang interaktif dan dapat selalu diperbaharui di sekolah.
    3. Etika dan moralitas pengguna masih belum mendapat tempat yang memadai
    4. Sulitnya mengubah perilaku guru dan siswa yang cenderung pasif untuk menghadapi pola belajar PAIKEM

    Jumat, 03 Desember 2010

    Teknologi ................................ Kunci Masa Depan (School of The Future)


    Format Sekolah Masa Depan berkembang seiring dengan dinamika dan dasar permintaan serta kebutuhan user (Orangtua/Wali Murid; Siswa; dan DUDI), sesuai dengan pola dan gaya hidup masyarakat dalam 10-20 tahun mendatang, berbasis pada teknologi dengan menerapkan konsep Modern Merchandising Atmosphere yang menggunakan alat-alat teknologi tanpa kabel.
    Salah satu model Sekolah Masa Depan yang mengaplikasikan gabungan keunggulan teknologi komputer, teknologi radio, teknologi televisi, dan teknologi multimedia lainnya  (ICT) dengan sistem manajemen yang prima (bertumpu pada inovasi teknologi informasi)
    Sinergi antara penyempurnaan sistem tehnologi dan pembangunan sumber daya manusia menjadi kunci sukses dalam melaksanakan model Sekolah Masa Depan. Strategi yang dilakukan ini untuk meningkatkan mutu pelayan dan mutu pembelajaran dibuat berdasarkan penggabungan kondisi real yang ada dengan perkiraan perkembangan teknologi dan informasi, untuk itu strategi ini dibuat oleh pihak sekolah bersama dengan DUDI, sebagai upaya yakni mendekatkan dan memperpendek jarak antara proses dengan pengguna/user.
    Pekerjaan ini merupakan pengembangan proses dan pelayanan dengan terus-menerus melakukan penyempurnaan, sehingga setiap user yang akan mennggunakan hasil proses tersebut merasa aman, nyaman dan terwakili akan apa yang diinginkannya. Dan pada saatnya nanti, secara professional pengguna proses belajar-mengajar akan menyewa atau membeli ijon (membeli sebelum diproses) hasil proses tersebut, dalam hal ini tamatan. Hal ini dapat dijawab melalui pengembangan proses pendidikan (KBM) dan memperluas kerja sama dengan user.
    Masa depan teknologi saat ini mengarah pada dua kecenderungan, yakni
    (1) Wi-Fi (wireless high-speed Internet access) dan
    (2) Videophone yang menggunakan bahasa yang sama dan platform yang sama.
    Dengan berkembangnya dunia, faktor kecepatan pemindahan informasi dalam jumlah yang besar menjadi sangat penting, karena keterbatasan manusia hal ini hanya dapat dilakukan melalui alat bantu dalam bekerja. Perkembangan Teknologi dan Informasi memungkinkan sebagai alat bantu dalam menyelesaikan pemindahan informasi dalam jumlah yang besar dan cepat khususnya pada jenis pekerjaan administrasi pendidikan.  
    Jika komputer-komputer yang ada di kaitkan satu dengan lainnya, hal ini akan sangat memudahkan pengiriman berkas-berkas elektronik dari satu tempat ke tempat lainnya. Hal ini berarti pula pelajaran-pelajaran dapat disebarkan secara cepat. Bahkan tidak terbatas pada aplikasi pengiriman berkas saja, para siswa dapat berinteraksi langsung dengan para guru yang mungkin berada di tempat yang jauh cukup dengan cara mengirimkan berkas yang berisi pertanyaan-pertanyaan kepada guru-gurunya. Hal ini memungkinkan interaksi antara guru dan murid dapat dilangsungkan tanpa perlu terlalu tergantung pada jumlah guru yang ada di lapangan sehingga effisiensi penggunaan tenaga guru dapat lebih ditingkatkan. Aplikasi jaringan komputer ini tidak hanya terbatas pada hubungan antara para guru dan siswa tapi dapat berkembang menjadi hubungan antara para siswa di seluruh Indonesia yang secara keseluruhan terlibat dalam berbagai diskusi / konferensi elektronik  berbasis teknologi informasi komputer yang membuka terjadinya Global Brain yang memungkinkan percepatan mengembangan SDM yang diinginkan. Teknologi jaringan komputer membuka kemungkinan pembangunan SDM secara effisien tanpa perlu terikat pada dimensi ruang dan waktu. (Onno W. Purbo, KEBANGKITAN NASIONAL KE DUA )
    Maka dari itu, pemanfaatan ICT pada pendidikan kejuruan bukan saja untuk pembelajaran tetapi digunakan juga untuk mendukung manajemen pendidikan kejuruan di indonesia.

    BERSAMBUNG……………………………………






    Sumber  :
    1.      Syamsul Munir (Majalah Swasembada)
    2.      Onno W. Purbo. Staf pengajar jurusan teknik elektro ITB dan staf peneliti PAU Mikroelektronika ITB.

    Selasa, 23 November 2010

    PENILAIAN SEBAGAI BENTUK INFORMASI KEMAJUAN BELAJAR SISWA


    Sekolah adalah tempat siswa belajar.
    Hasil dari proses belajar tersebut adalah sebuah informasi yang dapat berupa Lembar Hasil Belajar Siswa, ataupun Sertifikat lainnya, yang akan digunakan oleh siswa untuk bekerja atau melanjutan studi di tingkat yang lebih tinggi/Perguruan Tinggi.
    Namun dalam kenyataan yang terjadi dilapangan, informasi kemajuan belajar siswa masih belum dapat diakui secara utuh oleh user atau pengguna tamatan, bahkan informasi kemajuan belajar siswa yang dilakukan oleh pihak eksternal (Kemendiknas dan DUDI atau Lembaga Sertifikasi) sekalipun, atau dapat dikatakan bahwa Informasi Kemajuan Hasil Belajar Siswa tersebut masih belum dapat mewakili apa yang diinginkan/sebuah indikator dari user/pengguna tamatan, mereka masih menambahkan sesuatu yang mereka anggap belum ada dalam informasi tersebut.
    Hal ini dapat terlihat, ketika seorang alumni/tamatan dengan Informasi Kemajuan Belajar yang dimiliki (LHBS, Transkip UN maupun Sertifikat lainnya) ketika ingin melanjutkan atau bekerja masih harus mengikuti Test maupun Uji lainnya sesuai dengan apa yang dimaksud oleh user/pengguna baik DUDI maupun Perguruan Tinggi Negeri/Swasta. Dengan demikian, berarti apa yang di tampilkan dalam Informasi Kemajuan Hasil Belajar Siswa tersebut memang belum dapat mewakili kebutuhan atau indikator yang dimaksud oleh pengguna.
    Mengingat begitu pentingnya arti sebuah Informasi Hasil Proses Belajar bagi siswa; maka kriteria utama informasi tersebut adalah harus memenuhi sifat Valid dan Akuntable. Artinya Informasi tentang Kemajuan Hasil Belajar Siswa tersebut dikumpulkan dari hasil alat ukur dan cara pengukuran yang tepat, sehingga informasi tersebut tidak meragukan dan merugikan bagi yang di-informasi-kan (siswa) maupun bagi yang menerima informasi-nya (orang tua/wali murid; DU/DI dan Perguruan Tinggi Negeri/Swasta).
    Informasi kemajuan hasil belajar siswa merupakan hasil proses pengumpulan data (penilaian, tes, pengukuran maupun evaluasi) pada ke-3 ranah (domain) ; Afektif, Kognitif dan Psikomotorik, yang didapat melalui pengumpulan dan pengolahan data pada waktu: harian, triwulan, semesteran dan Tahun Ajaran sampai dengan 3 (tiga) Tahun masa pendidikan. Informasi Kemajuan Hasil Belajar Siswa juga di evaluasi oleh Quality Assurance maupun Quality Control sebagai Pengendali dan Penjamin Mutu, sampai akhirnya ditanda-tangani oleh Kepala Sekolah, Kemendiknas/Dinas/Pengawas maupun DU/DI sebagai Person Pengendali dan Penjamin Mutu.
    Melihat kondisi ini, dalam upaya Peningkatan Mutu Pendidikan khususnya Pengakuan Publik/User dari hasil proses pendidikan, kami SMK 1 Tamansiswa Jakarta melalui keprihatinan kondisi yang ada mendorong dirinya untuk bersama-sama kembali mengevaluasi Informasi Kemajuan Hasil Belajar Siswa yang sudah dan akan dibuat agar menjadi sebuah informasi yang VALID dan AKUNTABEL serta berisi informasi yang dibutuhkan oleh user/pengguna.
    Dalam Evaluasi ini dibagi menjadi :
    1. Analisa hubungan antara Kebutuhan User tentang Informasi kemajuan hasil belajar siswa dengan Proses Pembelajaran dan Bentuk/Jenis Informasi kemajuan hasil belajar siswa.
    Hasil dari analisa ini menggambarkan apakah  Informasi kemajuan hasil belajar siswa sudah mewakili indikator/kebutuhan yang dimaksud.
    Berawal dari menganalisa Jabatan atau Jenis Pekerjaaan melalui Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang kemudian dihubungkan dengan Standar Kompetensi Nasional Indonesia (SKNI) yaitu dalam SKKD (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar) dan berakhir menjadi Mata DIKLAT/Pelajaran.
    1. Analisa Hubungan antara Mata-Pelajaran/DIKLAT dengan Proses Pengumpulan Data menjadi sebuah Informasi kemajuan hasil belajar siswa.
    Pada analisa ini dibuat Perencanaan meliputi pemahaman terhadap fungsi dan arti sebuah Informasi Kemajuan Hasil Belajar Siswa; pemahaman terhadap Tehnik Pengumpulan data; Pelaksanaan; Pengolahan data yang baik dan akurat/terpercaya; serta Pemanfaatan Informasinya. Hasil analisa ini dapat diketahui, sejauh mana sebuah proses (perencanaan; pelaksanaan/pengumpulan; pengolahan dan penyajian) data menjadi sebuah informasi yang bermanfaat baik bagi yang membawanya (tamatan) maupun yang akan menggunakannya DU/DI dan Perguruan Tinggi).
    1. Analisa Hubungan antara Pengendali dan Penjamin Mutu Pendidikan dalam menyuguhkan Informasi kemajuan hasil belajar siswa dengan USER/Pengguna baik kalangan Perguruan Tinggi maupun DU/DI.
    Analisa ini semata-mata sebagai wujud peningkatan kepercayaan dari apa yang sudah benar diproses dan benar-benar hasil ini dapat dipertanggung-jawabkan terutama oleh seorang atau sebuah lembaga yang mewakilinya. Adapun kegiatan dilaksanakan dalam bentuk kerjasama yang dimulai dari perencanaan; proses dan sertifikasi bersama user/pengguna sebagai wujud peningkatan Pengendalian dan Penjaminan Mutu sebuah proses pendidikan.
    Hambatan yang dialami pada analisa tersebut antara lain :
    1. Masih adanya pihak pengguna yang enggan untuk bekerjasama terutama dalam proses pendidikan. Ketika perencanaan dan sertifikasi sama disepakati baik dari pihak sekolah maupun pihak pengguna akan menjadi kurang lengkap karena proses yang dilakukan tidak dilaksanakan oleh kedua belah pihak.
    2. Masih banyak pamong; siswa dan orang-tua/wali murid, yang belum memahami sebuah hasil proses pendidikan/ Informasi Kemajuan Hasil Belajar Siswa secara baik. Bahkan banyak dari mereka yang belum mengutamakan proses, yang terpenting bagi mereka adalah hasil dari proses tersebut. Contoh, Kenaikan Kelas dan Kelulusan.
    3. Belum adanya kebijakan Pemerintah yang menyeluruh, masih bersifat Departemen, Dinas bahkan kebutuhan individu maupun golongan tertentu yang berlaku. Ambatan ini hanya dapat dicapai ketika kita berbicara sebuah sistem yang dapat mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Bukan aku yang paling baik atau yang penting aku sudah melakukan, terserah dengan yang lainnya.

    Minggu, 14 November 2010

    Tablet Wars

    Tablet Wars

    eBook Reader MetroTV eLife Style amazon kindle nook iriver cover story s...

      Kurangi Pengangkatan Guru

    2011, Unas Buat Masuk PTN

    DIALOG - M Nuh DEA, Mendiknas RI memberikan ceramah pada guru-guru se-Kabupaten Malang dalam silaturahmi di Pendapa Pemkab Malang, Sabtu (13/11). Foto: surya/hayu yudha prabowo

    MALANG | SURYA - Belum reda polemik perlu tidaknya ujian nasional dalam menentukan kelulusan siswa, Kementerian Pendidikan Nasional bersiap meluncurkan kebijakan baru. Pada 2011, Unas akan dipakai sebagai penentu masuk ke perguruan tinggi negeri.
    Kabar tersebut disampaikan Menteri Pendidikan Nasional, Muhammad Nuh, di sela-sela kunjungannya ke Malang, Sabtu (14/11). Nuh mengatakan, konsep tersebut terus dimatangkan.
    ”Yang jelas, Unas dan SNMPTN akan kita gabungkan menjadi satu ujian. Soal komposisi soal nanti akan memakai berapa persen soal Unas, dan berapa persen soal SNMPTN, itu masih kita kaji,” kata Nuh.
    Nuh, menyebut, masalah efisiensi sebagai latarbelakang kebijakan itu. Meniadakan ujian SNMPTN, dan menggabungnya dengan Unas, menurut Nuh akan efektif menghemat keuangan negara.
    Mantan rektor ITS ini juga mematahkan, pendapat sejumlah pelaku dunia pendidikan, di antaranya Rektor UM, Soeparno, pernah mengatakan penggabungan Unas dan SNMPTN ibarat keputusan yang aneh karena masing-masing punya karakteristik soal yang berbeda. ”Unas dibuat untuk mengetahui sejauh mana siswa menyerap pelajaran yang diberikan. Kalau SNMPTN, dirancang untuk mengetahui kelayakan siswa memasuki sebuah jurusan yang dipilihnya,” kata Soeparno beberapa waktu lalu.
    Namun, Nuh mengaku tidak setuju dengan pendapat ini. Ia mengatakan, konsep soal Unas dan SNMPTN tidak mungkin bertolak belakang seratus persen. ”Yang namanya ilmu itu ya sama saja. Mungkin berbeda tingkat kedalamannya, tapi substansinya sama saja,” jawab Nuh
    Distribusi Guru
    Terkait masalah kekurangan guru, Nuh mengatakan hal tersebut tidak selalu diselesaikan dengan pengangkatan guru baru. Karena problem utamanya saat ini justru terletak pada proses pendistribusian guru yang tidak merata bahkan secara nasional, jumlah guru malah dirasa berlebihan.
    “Solusinya adalah pengendalian pada distribusi guru, termasuk guru pada kompetensi tertentu,” kata Nuh, saat acara Silahturahmi dan Dialog dengan Guru-Guru di Kabupaten Malang di Pendapa Kabupaten Malang,
    Menurut Nuh, dengan terus melakukan pengangkatan guru bisa membebani keuangan negara. Sebab, tunjangan untuk guru berarti semakin banyak, khususnya guru PNS. Ia mencontohkan untuk tunjangan profesi guru saja sudah mencapai Rp 16 triliun dan pada 2015 nanti bakal mencapai Rp 50 triliun.
    Secara nasional, alokasi anggaran pendidikan sebanyak 70 persen untuk gaji para guru, 10 persen untuk BOS (Bantuan Operasional Sekolah) dan 20 persen untuk perbaikan sarana prasarana sekolah.

    http://www.surya.co.id/2010/11/14/2011-unas-buat-masuk-ptn.html