Jumat, 24 Desember 2010

Pendidikan Di Sekolah Menengah Kejuruan Keterkaitan Kebutuhan dan Proses Dalam Menyusun Rencana dan Strategi Sekolah

Oleh : Ki.ruky Dwinarputra


Sekolah Mengah kejuruan (SMK) adalah sebuah lembaga dalam pendidikan formal yang bertujuan untuk mendidik siswanya agar siap kerja ataupun berwirausaha dalam rangka mempersiapkan kemerdekaan/kemandirian siswanya dalam kehidupan selanjutnya.
(Penjelasan Pasal 15 UUSPN No.20 Tahun 2003)
Program pendidikan kejuruan tidak hanya menyiapkan peserta didik memasuki dunia kerja, tetapi juga menempatkan lulusannya pada pekerjaan tertentu . Sesuai dengan tujuan pendidikan kejuruan (Undang-Undang No. 20 tahun 2003, Pasal 12 Ayat 1b dan Pasal 15; PP 29/1990), sekolah kejuruan menjadi agen/pencetak SDM yang sesuai dengan kebutuhan.
Pendidikan sendiri adalah sebuah proses “pembudayaan” (Ki.Hajar Dewantara, kebudajaan),  berarti SMK adalah sekolah yang menekankan pada proses menghasilkan tamatan yang siap kerja ataupun berwirausaha melalui proses ‘pembelajaran’ atau pendidikan dan pelatihan yang memenuhi persyaratan kebutuhan DUDI (DUNIA Usaha dan Dunia Industri), bukan ‘pengajaran’.
Pendidikan sebagai proses pembudayaan dalam kegiatan belajar-mengajar menggunakan prinsip kemanusiaan (kodrat alam), dimana siswa sebagai manusia yang memiliki keinginan dan kemampuan tidak selalu dituntut mengikuti kurikulum tetapi siswa diperkenankan memilih kurikulum atau pelajaran, dan jurusan yang diinginkan dan disesuaikan dengan kemampuan/bakat yang dimiliki.
Pada dasarnya, siswa sebagai manusia memiliki 3 potensi kemanusiaan, yaitu :
  1. Afektif/Cipta/the heart  adalah potensi kemanusiaan yang berhubungan dengan etika dan estetika
  2. Kognitif/Rasa/the head adalah potensi kemanusiaan yang berhubungan dengan berpikir intelektual
  3. Psikomotorik/Karsa/the hand adalah potensi kemanusiaan yang berhubungan dengan ketrampilan/kecakapan hidup,
Yang ketiganya saling keterkaitan, sehingga pendidikan adalah proses sistematis yang bertujuan untuk meningkatkan martabat manusia secara holistik sehingga individu melalui potensi kemanusiaannya dapat berkembang menjadi agen pembagunan diri dan bangsa.
Begitu juga dengan guru sebagai manusia, dengan keterbatasannya tidak lagi sebagai orang yang paling tahu/super sehingga guru selalu belajar dalam peningkatan kemampuan ilmu dan metode pengajaran oleh karena itu guru harus pandai menempatkan dirinya, kapan sebagai motivator, inovator, mediator, ataupun fasilitator. Guru juga berfungsi sebagai pengasuh/pamong dengan kasih-sayang menimbulkan rasa senang, nyaman dan aman siswanya dalam proses membimbing-membina dan mengembangkan 3 potensi kemanusiaan yang dimiliki siswa.
Dengan memahami bahwa pelaksanaan pembelajaran di kelas merupakan inti sebuah proses pendidikan (pembudayaan dan pemberdayaan), maka tujuan sebuah pendidikan (standar kompetensi lulusan baik satuan pendidikan maupun pada satuan mata-pelajaran/mata-diklat) dapat dicapai melalui sebuah analisa (Link and Match) dalam upaya mempersiapkan sebuah proses pembelajaran, sitem pendidikan kejuruan lebih cenderung  demand-driven yang dipandu oleh kebutuhan pasar kerja atau biasa disebut dengan sistem pendidikan yang mengacu pada profesi dan keterampilan yang baku, juga dipandu oleh kebutuhan pasar kerja yang nyata.
Dalam jaman teknologi dan informasi saat ini, menuntut DUDI sebagai penghasil produk maupun jasa dan sekaligus sebagai penguna tamatan (hasil proses pendidikan) dituntut  dalam prosesnya (membuat produk/jasa) menggunakan  prinsip efektif dan efisien. Dengan tuntutan tersebut, DUDI selalu mencari alternatif alat bantunya. Selain menggunakan SDM tamatan pendidikan (SMK) yang trampil, DUDI juga menambah alat bantu SDM nya, berupa alat hasil/produk pengembangan teknologi dan informasi.
TI harus selalu diikuti perkembangannya karena TI adalah bidang yang cepat mengalami perubahan
Permasalahan yang timbul dari akibat penerapan prinsip efektif dan efisien pada proses di DUDI adalah penggunaan SDM yang trampil dan dalam jumlah sedikit (karena sudah dibantu dengan alat produk dari pengembangan teknologi dan informasi). SDM yang trampil adalah SDM yang dapat menggunakan alat bantu bekerja (alat yang diciptakan dari pengembangan teknologi dan informasi) dan SDM yang memiliki potensi kemanusiaan (afektif/cipta) yang baik, yaitu : disiplin, jujur, dan memiliki rasa kepedulian/rasa memiliki terhadap pekerjaan yang digelutinya.
Sekolah pada umumnya hanya dapat memberikan berbagai keterampilan dan pengetahuan dalam bentuk simulasi sehingga tidak mungkin diharapkan untuk menghasilkan tenaga kerja yang profesional. Oleh karena itu, diperlukan suatu kerjasama yang erat antara sekolah dan industri, baik dalam perencanaan dan penyelenggaraan, maupun dalam pengolalaan pendidikan. Sehubungan dengan itu perlu dikembangkan suatu sistem pendidikan kejuruan yang disebut sistem ganda.
Strategi Sekolah menyikapi kemajuan produk Teknologi dan Informasi dengan kondisi  sekolah.
  1. Mengetahui syarat yang diinginkan DUDI sebagai pengguna tamatan.
Dalam menjaga Link and Match (keterkaitan dan kecocokan) antara pengguna tamatan dan pemroses/pendidik tamatan tetap seimbang, sekolah sudah seharusnya sejak dini (sebelum KBM dimulai) menentukan Kurikulum yang akan digunakan dalam memproses siswa yang nantinya menjadi tamatan yang sesuai dengan keinginan penggunanya. Ini berarti pula kurikulum yang dibuat nantinya harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. Dan agar proses yang dilakukan lebih mudah, selayaknya calon siswa yang masuk diseleksi agar memenuhi persyaratan minimum, contoh tinggi badan yang dikehendaki DUDI; dan kemampuan/bakat yang dimiliki.
Untuk mengetahui minat dan bakat siswa, dapat dilakukan dengan Tes Skolastik.

  1. Komitemen seluruh StakeHolders
Komitmen adalah adalah kesepakatan/janji untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan disertai dengan loyalitas berdasarkan kesamaan nilai/visi pribadi dan visi organisasi. Hal ini penting dalam ragka menyamakan tujuan dan langkah bersama dalam mencapainya.
Memberikan pengertian kepada semua stakeholder yang terlibat, bahwa tanggung jawab kemajuan sekolah ini tergantung pada kebersamaan kita, namun apabila mereka yang belum sama dalam memandang visi pribadi dan organisasi maka mereka dapat secara alami tersingkirkan.
  1. Menggunakan Alat Bantu pembelajaran dan kualitas Guru yang sesuai dengan tuntutan pengguna tamatan (DUDI)
Agar proses; hasil dan keinginan pengguna sesuai, salah satu yang harus dilakukan oleh sekolah adalah menyamakan proses dengan kondisi pada saat digunakan (pada dunia kerja/DUDI). Lingungan proses/lab, guru yang memproses dan alat bantu yang digunakan adalah kunci sukses hasil/tamatan yang sesuai dengan keinginan pengguna.
Lingkungan, akan membentuk watak dan kepribadian siswa menjadi tamatan berkarakter yng memiliki pola sikap yang baik.
Guru sebagai fungsi pamong bersama alat bantu mengajar dan alat perga praktikum yang sesuai dengan DUDI dalam  membentuk pola pikir (ilmu) dan tindak (ketrampilan) yang dikehendaki.
  1. Kepemimpinan (Kepala Sekolah, Ketua Yayasan dan Pemerintah baik Dinas maupun Kemendiknas) harus dapat menjadi tauladan dan pembimbing bagi gurunya, baik dari segi spritual amupun matriil. Pemimpin harus memilki pandangan jauh kedepan dengan berdasarkan kekuatan yang dimiliki oleh guru (SDM), sarpra (infrastruktur), maupun kurikulumnya sebagai acuan dalam memproses.
  2. Dengan keterbatasan yang ada dan situasi perkembangan informasi dan teknologi di DUDI yang hampir  tidak dapat diikuti oleh pihak sekolah sehingga sekolah harus mencari jalan keluar dengan cara bermitra dengan calon pengguna tamatan, sehingga beban pada peningkatan mutu guru dan infrastruktu dapat dibagi. Ditambah lagi jika sekolah menggunakan suatu alat bantu, maka pimpinan harus dapat bekerjasama dengan principle (penghasil produk IT) atau para pengusaha yang  alatnya dipakai untuk proses pendidikan harganya dapat dikurangi atau diabayar dengan harga tidak mengikuti harga yang berlaku diapasaran.

Pedoman dan instruksi SMK Tamansiswa 1 Jakarta untuk mengembangkan strategi pembelajaran, yakni :
       Dalam upaya menjaga keterkaitan dan kecocokan, perencanaan dimulai sejak PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) yaitu melalui minimal Calon Peserta memenuhi syarat phisik (sehat jasmani dan rohani dan sebagainya).
       Untuk mengetahui Minat dan Bakat siswa, perlu dilakukan Persiapan Bersama pada siswa yang dilanjutkan dengan  Test-Skolastik dan Kemampuan Akademik.
       Sertifikasi Kompetensi per-SKKD berdasarkan SKNI danSKKNI (Badan Nasional Sertifikasi Profesi dan Badan Standar Nasional Pendidikan) sebagai wujud hasil proses (pendidikan. Pembudayaan dan pemberdayaan) yang di akui oleh pengguna/DUDI sebagai Quality Control.
       DUDI, sebagai mitra/institusi pasangan sekolah selain berfungsi Validasi kurikulum, dan ikut dalam proses pendidikan, juga sebagai pengguna/pemakai proses tamatan.
       kurangnya kedisiplinan dan kemandirian siswa di DU/DI, yang membawa implikasi keluhan DU/DI pengguna lulusan,
solusi : mendidik mereka dengan nurani, dan meningkatkan kepercayaan diri siswa melalui kegiatan ekstra kurikuler
       buku referensi siswa  dan buku referensi guru,mengakibatkan kurang optimalnya wawasan guru dan siswa,
Solusi :  sekolah perlu memfasilitasi dan membangkitkan keberanian guru untuk meningkatkan kreatifitas untuk menciptakan bahan ajar dan metode pembelajaran yang bervariasi sesuai kebutuhan siswa, jangan hanya terpaku pada yang sudah distandarkan saja. Guru yang kreatif akan, pada akhirnya akan memunculkan kreatifitas siswa.
       Kurang optimalnya praktikum, perlu ada simulasi industri yang ketat di sekolah (SMK)
Solusi :  sekolah harus melakukan terobosan untuk memfasilitasi para siswanya agar dapat mempraktekkan ilmunya, misalnya dengan menyewa peralatan praktek atau mencari pensponsoran dari pemerintah maupun dunia industri.
·         pengetahuan dan ketrampilan yang kurang, meskipun kualifikasi akademik sudah memadai, berakibat pada guru kurang percaya diri dalam mengajar
Solusi :  adanya pelatihan dan peningkatan kompetensi bagi guru TI secara berkesinambungan, baik oleh sekolah, pemerintah, maupun pihak lainnya.
·         kurangnya partisipasi industri mitra, pemerintah daerah, dan partisipasi masyarakat dalam hal pembiayaan, yang berdampak pada kurang lancarnya keterlaksanaan materi/praktik seperti yang diharapkan
Solusi :  sekolah harus lebih kreatif memberdayakan sumberdaya yang ada agar lebih terasa manfaatnya bagi pihak lain, sehingga dengan sendirinya akan lebih mudah mendatangkan dana ke sekolah tersebut.

Sekolah dapat melakukan semacam outsourcing yang dikerjakan oleh industri dalam bentuk penyediaan alat, instruktur, dan pengalaman praktik di lapangan. Sedangkan industri melihat sekolah sebagai bagian dari Human Resources Development (HRD) atau sumber daya manusia perusahaannya yang mencetak tenaga ahli yang andal dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Idealnya pihak dunia usaha, industri, dunia kerja yang lebih berperan menentukan, mendorong, dan menggerakkan pendidikan kejuruan, karena mereka adalah pihak yang lebih berkepentingan dari sudut kebutuhan tenaga kerja.
 (bersambunga ............)

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar